September 23, 2008

MEMANTAU DAN MEMBINA TKI / TKW

( Tulisan Alim Mideh )

Semenjak Khamis, 8 January, hari hujan dengan angin kencang, tanpa stop. Program Wawancara dengan penduduk di Bangkayang dan dusun di Kecamatan Monterado sudah ditetapkan pada Isnin, 11 January. Pada Ahad, 10 January, Jam 7.00 pagi, masih hujan lebat, kami berangkat dari Kuching menuju ke Monterado, Kecamatan Bangkayang. Informasi dari teman-teman di Entekong, Sanggau, Darit, Bengkayang dan Monterado menunjukan tidak ada banjir.

Oleh sebab jalan Kuching-Bau, Bau-Serikin dan Sangau Ledo banjir, kami terpaksa pergi menerusi jalan Tebedu-Entekong. Kami sampai Bengkayang pada jam11.00 pagi, terus menuju ke rumah Pak Petrus. Anehnya, setelah wawancara tentang tindakan preventive untuk mengurangkan masalah TKW, saya ditawarkan cewek yang muda dan cantik untuk dijodohkan kepada teman saya di Sarawak. Saya menjawab bahawa saya bukan seorang matchmaker, tapi kalau saya jumpa teman yang inginkan isteri Dayak Kalimantan, saya akan ingat cewek itu.

Kami meneruskan perjalanan dan sampai di Monterado jam 7.00 malam. Selepas makan di rumah Pak Ani, kami terus pergi ke rumah Pak Dusun. Tidak akan saya lupa dish sambal tempe goreng. Sangat nyaman rasanya. Tak pernah saya makan dish seperti itu di Sarawak. Di rumah Pak Dusun, saya ditembak dengan banyak soalan dan komen tentang nasib TKI di Malaysia. Ada lelaki sekarang tidak bisa melakukan hubungan sex dengan isteri nya setelah disebat tiga kali kerana masuk ke Malaysia secara illegal.

Jawapan saya kepada kebanyakan soalan lain ialah mereka masuk ke Malaysia menerusi jalur yang gelap atau tidak jelas. Pada penghujung wawancara, empat bapa terus offer kepada saya, anak gadis mereka untuk kereja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Setelah di interview, didapati bahawa semua mereka tidak ada kad pengenalan.

Apabila saya tanya, Pak Dusun, dengan malu, berjanji akan usahakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk penduduk dusun beliau. ” Kalau macam ini, kalahlah Governor Cornelis pada pemilu akan datang,” saya gurau dengan hadirin. Penduduk dusun itu berterima kasih kepada LSM Bina Masyarakat Desa dan berjanji tidak lagi akan melayani calo dan agent TKI gelap.

Kebanyakan mereka dibawah umur, atau kurang dari 21 tahun untuk layak dapat work permit dari kerajaan Sarawak. Tetapi mereka semuanya berumur 21 tahun atau lebih, di pasport, walaupun kadang-kadang nenen pun belum timbur di dada.

Walaupun ada yang datang dari semi-urban, tetapi kebanyakan mereka datang dari Dusun. Umur yang mentah, tempat asal mereka dan taraf ekonomi mereka, membuat mereka sangat laku untuk digajikan oleh majikan dari Sarawak: mereka senang diatur, senang ditipu, senang dianiai dan mereka tidak tahu dan tidak berupaya memperjuangkan hak-hak mereka. Mereka adalah TKW ( tenaga kerja wanita) dari Indonesia.

TKW sering dikaitkan dengan nasib malang seperti dirogol oleh majikan, dianiai oleh majikan, makanan tidak cukup, makanan yang kurang berkhasiat, kerja berlebihan seperti slaves, tidak diberi kesempatan bersembahyang, gaji tidak dibayar, gaji dibayar tetapi tidak munasabah dan ada juga yang hilang terus.

Kerajaan Malaysia dan juga Indonesia sangat perihatin terhadap masalah ini, tetapi tak mampu menangani, sebab selalunya masalah ini timbul oleh TKW sendiri.Ramai TKW lebih suka memilih agent illegal di Indonesia, daripada agent legal. Agent illegal tetap berkawan dengan agent illegal juga di Sarawak. Maka semua transaksi dan urusan pun informal.

TKW yang dapat majikan yang berperikemanusiaan dan pengertian bernasib baik, dibandingkan dengan yang sebaliknya. Pada pertemuan Sarawak Dayak National Union dengan Dewan Adat Dayak di Pontianak, dan dengan Majelis Adat Dayak Nasional di Kuching, semuanya pada tahun 2008, sudah ada persefahaman diantara ketiga-tiga pihak untuk menangani masalah TKW di Sarawak, terutamanya TKW Dayak.

Maka pada 8 Jan 2008, di Dusun Bagan, Ngabang, Kalimantan Barat, sudah ada persefahaman diantara LSM Bina Masyarakat Desa dengan Binamasdesa Services untuk kerjasama, mengambil tindakan secara preventive, supaya TKW tidak terjatuh dibulatan urusan informal yang menjerat. Binamasdesa Services juga akan bantu mencari TKW yang hilang di Malaysia, menerusi jaringan NGOs dan agency kerajaan.

Untuk nasihat dan petunjuk, warga Dayak yang ada TKW bermasalah, atau nak cari kerja secara aman dan legal, boleh berhubung dengan Miss Agustina di mobile nombol +62 813 4538 5178; email: tina_borneo2007@yahoo.co.id, atau Bapak Singli, moble no.: +62 813 5221 3475.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya ikut prihatin pak dengan nasib tki2 yang ada di kuching sarawak, tapi diantara tki yang bernasib buruk ada juga tki yang bernasib baik. mereka bisa kerja dengan nyaman dan aman.

memang seperti yang anda katakan kalao kesalahan awal berasal dari tki sendiri karena mereka bekerja di sarawak dengan melalui jalan tikus.

pada dasar nya illegal trafficker akan cari orang2 yang di pedalaman untuk di jadikan kuli di sarawak, karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk masalah ini dan gampang di bohongi.

oleh karena itu, pemda setempat juga perlu melakukan sosialisasi tentang masalah ini. berilah pengetahuan yang benar dan cukup kepada daerah2 dusun di kalbar.